no fucking license
Bookmark

SERTIFIKASI GURU BELUM DONGKRAK MUTU

Advertisement
SERTIFIKASI GURU BELUM DONGKRAK MUTU


YOGYAKARTA - Pemerintah menerapkan sertifikasi guru sebagai salah satu cara meningkatkan mutu dan kompetensi guru. Nyatanya, program tersebut belum efektif meningkatkan kompetensi dan kualitas pendidikan.

"Kualitas pembelajaran yang dilakukan guru bersertifikat hampir tidak menunjukkan adanya perubahan ke arah yang semakin baik," kata dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Rohandi dalam pidato ilmiah puncak peringatan Dies Natalis ke-60 Universitas Sanata Dharma (USD) di Yogyakarta.

Menurut Rohandi, program sertifikasi memang menunjukkan peningkatan beberapa aspek secara signifikan tetapi bukan dalam hal kompetensi guru dan kualitas pendidikan. "Peningkatan terjadi dalam hal kesejahteraan guru dan minat siswa menjadi guru diiringi dengan menjamurnya lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) baru," katanya.

Rohandi mengatakan kualitas pendidikan yang tidak serta merta mengalami peningkatan itu perlu disikapi dan diantisipasi secara hati-hati karena bisa saja terjadi dan dialami pada tingkat perguruan tinggi. Dalam aspek kurikulum, kata dia, kehadiran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada tingkat sekolah pada 2006 hendak menempatkan otonomi guru dan sekolah sebagai hal penting dalam proses penyusunan kurikulum dan pembelajaran.

"Masing-masing sekolah dapat mengembangkan kurikulum yang lebih sesuai dengan keadaan siswanya. Namun demikian, dalam implementasinya tetap bernuansa 'keseragaman'," katanya.

Menurut Rohandi, guru yang seharusnya memiliki otonomi dalam perancangan pembelajaran, pemilihan bahan ajar, dan penilaian yang lebih disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa dan sekolahnya akhirnya tidak kuasa atau tidak terbiasa dalam menuangkan gagasan orisinalnya sebagai wujud otonomi profesionalnya.

"Dokumen kurikulum yang dimiliki sekolah untuk memenuhi tuntutan administratif sebagai bukti terjadinya pengembangan kurikulum, pada kenyataannya masih belum menunjukkan hadirnya kekuatan otonomi dan kreativitas guru maupun sekolah," imbuh Rohandi.

Dia mengatakan, praktik pendidikan di ruang kelas juga hampir tidak mengalami perubahan.

"Hal itu perlu dicermati karena keadaan tersebut dapat terjadi di perguruan tinggi saat mengupayakan perubahan kurikulum, misalnya yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)," kata Rohandi.

Sementara Rektor USD Johanes Eka Priyatma mengatakan USD yang kini berusia 60 tahun hampir sejak awal kemerdekaan telah terlibat dalam pembangunan bangsa terutama melalui pendidikan. Menurut dia, dulu USD berbentuk IKIP, tetapi sejak 1993 beralih menjadi universitas. Meskipun demikian, bukan berarti USD meninggalkan perannya untuk menyiapkan para guru yang profesional.

"Selanjutnya, USD membuka tujuh fakultas baru. Kami bersyukur hingga memperingati dies natalis ke-60 ini USD masih mampu memenuhi tugasnya, bukan hanya melahirkan pendidik tetapi juga mengembangkan pendidikan secara luas," kata Eka.

Koordinator puncak acara peringatan Dies Natalis ke-60 USD, Tarsisius Sarkim mengatakan dies mengambil tema "Bertransformasi Bersama Kaum Muda".

"Melalui tema tersebut kami ingin USD mampu membantu dan mengantarkan anak-anak muda menjadi orang-orang yang hebat. Pada saat yang bersamaan, kami juga bertransformasi, berubah bersama anak-anak muda tersebut," kata Sarkim.
Advertisement
Advertisement
Posting Komentar

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya.
1. Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang baik
3. Mohon untuk berkomentar 1 kali saja untuk topik yang sama.
4. Setiap komentar yang dikirim menunggu persetujuan Admin untuk di terbitkan.